Immoral Manajemen
Immoral manajemen merupakan
tingkatan terendah dari model manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip etika
bisnis. Manajer yang memiliki manajemen tipe ini pada umumnya sama sekali
tidak mengindahkan apa yang dimaksud dengan moralitas, baik dalam internal
organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan aktivitas bisnisnya. Para pelaku
bisnis yang tergolong pada tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan
dan kelengahan-kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri
sendiri, baik secara individu atau kelompok mereka. Kelompok manajemen ini
selalu menghindari diri dari yang disebut etika. Bahkan hukum dianggap sebagai
batu sandungan dalam menjalankan bisnisnya.asil penyelidikan oleh aparat hokum
dan juga oleh beberapa !"M pecinta alam. Berulang-ulangnya kebakaran hutan
belakangan ini karena beberapa palanggaran hokum oleh para perusahaan kayu dan
perkebunan kelapa sawit. Biasanya para pelakumemiliki beberapa motif dalam
menjalankan aktivitasnya
Ammoral Manajemen
Tingkatan kedua dalam aplikasi etika
dan moralitas dalam manajemen adalah amoral manajemen. Berbeda dengan immoral
manajemen, manajer dengan tipe manajemen seperti ini sebenarnya bukan tidak
tahu sama sekali etika atau moralitas. Ada dua jenis lain manajemen tipe amoral
ini, yaitu Pertama, manajer yang tidak sengaja berbuat amoral
&unintentional amoral manager'. Tipe ini adalah para manajer yang dianggap
kurang peka, bahwa dalam segala keputusan bisnis yang diperbuat sebenarnya
langsung atau tidak langsung akan memberikan efek pada pihak lain. Oleh
karena itu, mereka akan menjalankan bisnisnya tanpa memikirkan apakah aktivitas
bisnisnya sudah memiliki dimensi etika atau belum. Manajer tipe ini
mungkin saja punya niat baik, namun mereka tidak bisa melihat bahwa
keputusan dan aktivitas bisnis mereka apakah merugikan pihak
lain atau tidak. Tipikal manajer seperti ini biasanya lebih
berorientasi hanya pada hukum yang berlaku, dan menjadikan hukum sebagai
pedoman dalam beraktivitas. Kedua, tipe manajer yang sengaja berbuat amoral.
Manajemen dengan pola ini sebenarnya memahami ada aturan dan etika yang harus
dijalankan, namun terkadang secara sengaja melanggar etika tersebut berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan bisnis mereka, misalnya ingin melakukan efisiensi dan
lain-lain. Namun manajer tipe ini terkadang berpandangan bah#a etika hanya
berlaku bagi kehidupan pribadi kita, tidak untuk bisnis. Mereka percaya bah#a aktivitas
bisnis berada di luar dari pertimbangan-pertimbangan etika dan moralitas.
Moral Manajemen
tingkatan tertinggi
dari penerapan nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis adalah moral
manajemen. dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan moralitas diletakkan
pada level standar tertinggi dari segala bentuk prilaku dan aktivitas
bisnisnya. Manajer yang termasuk dalam tipe ini hanya menerima dan
mematuhi aturan-aturan yang berlaku namun juga terbiasa meletakkan
prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya. Seorang manajer yang termasuk
dalam tipe ini menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi hanya jika bisnis
yang dijalankannya secara legal dan juga tidak melanggar etika yang ada dalam
komunitas, seperti keadilan, kejujuran, dan semangat untuk mematuhi hukum yang
berlaku. Hukum bagi mereka dilihat sebagai minimum etika yang harus
mereka patuhi, sehingga aktifitas dan tujuan bisnisnya akan diarahkan
untuk melebihi dari apa yang disebut sebagai tuntutan hukum. Manajer yang
bermoral selalu melihat dan menggunakan prinsip-prinsip etika seperti,
keadilan, kebenaran, dan aturan-aturan emas &golden rule' sebagai pedoman
dalam segala keputusan bisnis yang diambilnya.
Agama, Filosofi, Budaya
dan Hukum
Agama, sumber dari
segala moral dalam etika apapun dengan kebenarannya yang absolut. tiada
keraguan dan tidak boleh diragukan nilai-nilai etika yang bersumber dari agama.
agama berkorelasi kuat dengan moral. setiap agama mengandung ajaran moral atau
etika yang di jadikan pegangan bagi para penganutnya. Pada umumnya, kehidupan
beragama yang baik akan menghasilkan kehidupan moral yang
baik pula. Bermula dari buku Max weber the Protestant ethic and spirit of capitalism
(1904-1905) menjadi tegak awal keyakinan orang adanya hubungan erat antara
ajaran agama dan etika kerja, atau anatara penerapan ajaran agama dengan
pembangunan ekonomi. Etika sebagai ajaran baik-buruk, slah-benar, atau
ajaran tentang moral khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi,
bersumber terutama dari ajaran agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan
paham dalam ekonomi Barat menunjuk pada kitab Injil &Bibble', dan etika
ekonomi yahudi banyak menunjuk pada taurat. Demikian pula etika ekonomi Islam
termuat dalam lebih dari seperlima ayat-ayat yang muat dalam Al-Quran Filosofi,
salah satu sumber nilai-nilai etika yang juga menjadi acuan dalam
pengambilan keputusan oleh manusaia adalah ajaran-ajaran filosofi. Ajaran filosofi tersebut bersumber dari
ajaran-ajaran yang digariskan dari ajaran-ajaran yang sudah diajarkan dan
berkembang lebih dari 2000 tahun yang lalu. Ajaran ini sangat komplek yang
menjadi tradisi klasik yang bersumber dari berbagai pemikiran para fisuf-filsuf
saat ini. Ajaran ini terus berkembanga dari tahun ke tahun di negara
barat, ajaran filosofi yang paling berkembang dimulai ketika jaman yunani
kuno pada abad ke 5 diantaranya socrates (470SM-399SM) socrate percaya bahwa manusia ada untuk suatu tujuan, dan bahwa salah dan
benar memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang
dengan lingkungan dan sesamanya sebagai seorang pengajar, socrates dikenang
karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. socretes
percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada
dasarnya adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah
pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatah yang terkenal mengatakan “Kenalilah dirimu” dia yang memperkanalkan ide-ide bahwa hukum moral lebih
inggi daripada hukum manusia. Budaya,
Aeferensi penting lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan etika bisnis
adalah pengalaman dan perkembangan budaya, baik budaya dari suatu bangsa maupun
budaya yang bersumber dari berbagai negara Cracken 1986. Budaya yang mengalami
transisi akan melahirkan nilai, aturan-aturan dan standar-standar yang diterima
oleh suatu komunitas tertentu dan selanjutnya di#ujudkan dalam perilaku
seseorang, suatu kelompok atau suatu komunitas yang lebih besar. Budaya adalah
suatu sistem nilai dan norma yang diberikan pada suatu kelompok atau komunitas
manusia dan ketika itu disepakati atau disahkan bersama-sama sebagai landasan
dalam kehidupan (Rusdin 2002). Hukum,
dalah perangkat aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka untuk
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hukum menentukan
ekspektasi-ekspektasi etika yang diharapkan dalam komunitas dan mencoba
mengatur serta mendorong para perbaikan-perbaikan masalah-masalah yang
dipandang buruk atau tidak baik dalam komunitas. Sebenarnya bila kita
berharap bahwa dengan hukum dapat mengantisipasi semua tindakan
pelanggaran sudah pasti ini menjadi suatu yang mustahil. Karena biasanya hukum
dibuat setelah pelanggaran yang terjadi dalam komunitas
Leadership
Leadership dalam bisnis sangat
diperlukan karena berpengaruh dalam perkembangan bisnis yang dilakukan.
Bahkan ada yang mengatakan bahwasanya leadership atau kepemimpinan merupakan
sebuah karakter utama yang diperlukan dalam bisnis. Hal ini tidak lain karena
peran kepemimpinan berpengaruh terhadap jalannya bisnis dan juga kinerja
karyawan. Tidak setiap orang memiliki leadership yang baik. 0amun ada pula
orang yang sejak masih kecil sudah terlihat jiwa kepemimpinannya. Akhirnya
seiring perkembangannya ia pun terbiasa mengatur dan membuat keputusan yang
berpengaruh pada sekitarnya. Hal ini sangat memiliki peran penting dalam dunia
bisnis. Dunia bisnis tidak selamanya berjalan mulus. (dakalanya bertemu masalah
yang harus diselesaikan dengan berbagai risiko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar