1.1 Sejarah Revolusi Industri
Revolusi Industri merupakan
fenomena yang terjadi antara tahun 1750-1850 di mana terjadinya perubahan
secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan,
transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi Industri dimulai dari
Britania Raya dan kemudian menyebar keseluruh dunia.
Bermula dari penemuan mesin uap, mesin sederhana ini kemudian diaplikasikan dalam berbagai mesin yang dapat memperbanyak produksi barang di eropa. Perkembangan yang juga tidak kalah cepatnya adalah sektor transportasi,komunikasi dan keuangan eropa. Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18, di mana terjadinya peralihan dalam penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan dan manusia, yang kemudian digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis menufaktur. Periode awal dimulai dengan dilakukannya mekanisasi terhadap industri tekstil, pengembangan teknik pembuatan besi dan peningkatan penggunaan batubara. Ekspansi perdagangan turut dikembangkan dengan dibangunnya jalan raya atau perbaikan jalan raya dan rel kereta api.
Bermula dari penemuan mesin uap, mesin sederhana ini kemudian diaplikasikan dalam berbagai mesin yang dapat memperbanyak produksi barang di eropa. Perkembangan yang juga tidak kalah cepatnya adalah sektor transportasi,komunikasi dan keuangan eropa. Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18, di mana terjadinya peralihan dalam penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan dan manusia, yang kemudian digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis menufaktur. Periode awal dimulai dengan dilakukannya mekanisasi terhadap industri tekstil, pengembangan teknik pembuatan besi dan peningkatan penggunaan batubara. Ekspansi perdagangan turut dikembangkan dengan dibangunnya jalan raya atau perbaikan jalan raya dan rel kereta api.
Revolusi Industri 1.0
adalah revolusi mekanik , ditandai dengan penemuan mesin bertenaga uap dan air
pada akhir abad ke 18. Revolusi Industri 2.0 terjadi pada 1870, merupakan fase
revolusi listrik yang ditandai dengan produksi massal menggunakan mesin
bertenaga listrik. Pada era ini mulai diciptakan mobil,pesawat telepon,
pesawat terbang. Revolusi Industri 3.0 terjadi pada tahun 1969, biasa
disebut dengan Era Informasi. Yang ditandai dengan perkembangan elektronik dan
teknologi informasi.
1.2 Pengertian
revolusi industry 4.0
Revolusi industry 4.0 Industri 4.0 adalah industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi
dengan teknologi cyber. Ini merupakan tren otomatisasi dan pertukaran data
dalam teknologi manufaktur. Ini termasuk sistem cyber-fisik, Internet of Things
(IoT), komputasi awan dan komputasi kognitif.
Revolusi Industri 4.0
berciri kreativitas, leadership
(kepemimpinan) dan entrepreneurship
(kewirausahaan) yang mendobrak "mindset" cara bekerja revolusi industri
sebelumnya. Dengan berciri efisiensi dalam komunikasi dan transportasi
serta mengarahkan masyarakat untuk memecahkan masalah dengan sistem "one stop shopping"atau
"one stop solution"
diperlukan atmosfir dunia usaha yang lepas dari lilitan dan hambatan birokrasi
dan itu tidak hanya soal cara
bekerja tapi juga mentalitas
pegawai dan tenaga kerjanya. Dan pada gilirannya output revolusi ini
banyak mendatangkan keuntungan dan kesejahteraan seperti harga barang murah
serta kesehatan terjamin bukan malah menambah beban ekonomi masyarakat
dan memperbanyak pengangguran.
1.3 Revolusi Industri 4.0 berkaitan dengan Manajemen
Pemasaran
Pada tahun ini,
Marketing 4.0 diperkenalkan. Ini merupakan pendekatan pemasaran yang
mengkombinasikan interaksi online dan interaksi offline antara perusahaan
dengan pelanggan. Secara umum, Marketing 4.0 bisa dipahami seperti itu. Di era
ekonomi digital, interaksi digital saja tidaklah cukup. Kenyataannya, justru di
saat dunia online berkembang, sentuhan offline menjadi titik diferensiasi yang
kuat. Selain mengkombinasikan online dan offline, Marketing 4.0 juga
mengintegrasikan antara style dan substance. Artinya, merek tidak hanya
mengedepankan branding bagus, tetapi juga konten yang relevan dengan pelanggan
atau menyuguhkan konten yang bagus dengan kemasan yang up-to-date dan bagus.
Marketing 4.0 juga mengembangkan konektivitas machine-to-machine dan artificial intelligence dalam rangka mendongkrak produktivitas. Tetapi, itu harus diimbangi dengan pengembangkan konektivitas human-to-human yang justru akan memperkuat customer engagement. Intinya, pengembangan teknologi tidak berhenti pada teknologi itu sendiri, tapi bagaimana teknologi ini membantu merek dalam memanusiakan relasi dengan para pelanggannya. Pemasaran Tradisional Usang?
Apakah dalam hal ini pemasaran tradisional menjadi usang? Jawabannya adalah tidak. Dalam Marketing 4.0, digital marketing tidaklah menggantikan pemasaran tradisional. Sebaliknya, keduanya hadir bersama alias coexist di era sekarang. Keduanya saling mengisi peran satu sama lain, khususnya dalam perjalanan-pelanggan atau customer path. Asal tahu saja, di era konektivitas sekarang ini, customer path telah berubah. Dulu, dikenal dengan 4A, yakni aware, attitude, act, dan act again. Sekarang, perjalanan pelanggan ini berubah menjadi 5A, yakni aware, appeal, ask, act, dan advocate. Dalam customer path yang baru ini, pemasaran tradisional dan digital marketing bisa hadir secara bersama. Bisa jadi, misalnya, orang sadar akan sebuah produk melalui iklan tradisional di televisi. Lalu, kemudian ia bertanya secara online di media sosial, kemudian ia membeli, dan karena puas ia kemudian merekomendasikan produk tersebut ke komunitasnya, baik di media sosial maupun komunitas offline.
Pada intinya, Marketing 4.0 menjadi pendekatan pemasaran yang mengkombinasikan interaksi online dan offline yang tujuan utamanya adalah memenangkan advokasi konsumen.
Marketing 4.0 juga mengembangkan konektivitas machine-to-machine dan artificial intelligence dalam rangka mendongkrak produktivitas. Tetapi, itu harus diimbangi dengan pengembangkan konektivitas human-to-human yang justru akan memperkuat customer engagement. Intinya, pengembangan teknologi tidak berhenti pada teknologi itu sendiri, tapi bagaimana teknologi ini membantu merek dalam memanusiakan relasi dengan para pelanggannya. Pemasaran Tradisional Usang?
Apakah dalam hal ini pemasaran tradisional menjadi usang? Jawabannya adalah tidak. Dalam Marketing 4.0, digital marketing tidaklah menggantikan pemasaran tradisional. Sebaliknya, keduanya hadir bersama alias coexist di era sekarang. Keduanya saling mengisi peran satu sama lain, khususnya dalam perjalanan-pelanggan atau customer path. Asal tahu saja, di era konektivitas sekarang ini, customer path telah berubah. Dulu, dikenal dengan 4A, yakni aware, attitude, act, dan act again. Sekarang, perjalanan pelanggan ini berubah menjadi 5A, yakni aware, appeal, ask, act, dan advocate. Dalam customer path yang baru ini, pemasaran tradisional dan digital marketing bisa hadir secara bersama. Bisa jadi, misalnya, orang sadar akan sebuah produk melalui iklan tradisional di televisi. Lalu, kemudian ia bertanya secara online di media sosial, kemudian ia membeli, dan karena puas ia kemudian merekomendasikan produk tersebut ke komunitasnya, baik di media sosial maupun komunitas offline.
Pada intinya, Marketing 4.0 menjadi pendekatan pemasaran yang mengkombinasikan interaksi online dan offline yang tujuan utamanya adalah memenangkan advokasi konsumen.
Sumber:
http://coma.lk.ipb.ac.id/2018/10/28/seperti-apa-sih-marketing-di-era-revolusi-industri-4-0/